Menghitung Serat, Memetakan Gizi: Seberapa Cukup Sayur-Buah MBG?

Zoreen Muhammad

Tak semua anak bisa membedakan mana kangkung, mana bayam. Tapi dalam piring program Makan Bergizi Gratis (MBG), keduanya bisa muncul bergantian setiap minggu. Masalahnya bukan soal jenis sayurnya—melainkan seberapa banyak yang benar-benar dikonsumsi, dan seberapa cukup kandungan gizinya dibandingkan standar kesehatan.

Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan RI menetapkan bahwa seorang anak usia sekolah idealnya mengonsumsi minimal 300 gram sayur per hari, serta buah tambahan hingga 100–150 gram. Dari jumlah itu, anak-anak di program MBG rata-rata hanya mendapat sekitar 70–100 gram sayur, dan buah hanya 80–120 gram dalam dua sampai tiga kali seminggu. Artinya, secara kasar, program ini baru memenuhi sepertiga dari kebutuhan harian anak untuk asupan sayur dan buah.

Di banyak titik, jenis sayurnya cukup bervariasi. Ada daun kelor dan labu kuning di Bone, capcay lima sayur di Surabaya, hingga daun pepaya dan jagung di Sorong. Namun begitu ditakar, semua masih berkisar 3 gram serat per piring. Padahal, kebutuhan serat harian anak-anak usia sekolah adalah 25 hingga 30 gram. Maka dari itu, satu piring MBG hanya menutup sekitar 10–15% dari total kebutuhan serat, dan buah yang kadang hadir tidak bisa menambal kekurangan itu secara penuh.

Kondisi ini bukan sepenuhnya salah pengelola MBG. Banyak SPPG menghadapi kendala logistik: bahan segar tak selalu tersedia, harga sayur dan buah di luar sentra pertanian jauh lebih tinggi, dan tidak semua dapur memiliki alat penyimpan dingin yang memadai. Di Kupang misalnya, harga semangka bisa mencapai Rp10.000/kg, membuatnya tak mungkin dijadikan buah harian. Di Sorong, daun singkong pun bisa jadi komoditas mahal jika tidak ditanam sendiri.

Kendala itu disiasati sebagian dapur MBG dengan kreativitas. Ada yang mulai bekerjasama dengan petani sekitar, ada yang mulai menanam sayur sederhana di pekarangan sekolah. Di Sleman, koperasi sekolah ikut membantu pengadaan pisang setiap hari Senin dan Kamis. Namun konsistensi masih menjadi tantangan. Seringkali, penyajian sayur dan buah tergantung musim, anggaran dapur, atau ketersediaan relawan. Maka, anak-anak pun belum bisa mengandalkan bahwa besok akan tetap ada serat dan vitamin dari alam di piring mereka.

Kailan, jenis sayuran yang kerap ditemui di hidangan chinese food (unsplash)

Padahal kalau diukur dari sisi kesehatan, sajian MBG/SPPG ini sudah berkontribusi besar. Nutrisi lengkap kini rutin disisipkan, warna hijau dan oranye dari sayuran, serta manis alami dari buah. Mungkin masih jauh dari 400–500 gram sayur-buah yang disarankan WHO, tapi ini langkah awal yang baik. Hanya saja, jika pemerintah ingin benar-benar menjadikan MBG sebagai program unggulan pembentuk generasi unggul, porsi sayur dan buah harus lebih diperjuangkan. Tugas ayah ibu di rumahlah yang musti mengadopsi pola gizi seimbang ini, sisanya.

Beberapa daerah telah memberi contoh baik. Di Tapanuli, buah lokal seperti salak digunakan karena tahan lama dan tidak terlalu mahal. Di Bone, anak-anak sudah mulai terbiasa dengan daun kelor, yang meskipun tidak populer di kota, tapi kandungan nutrisinya sangat tinggi. Di Surabaya, dapur MBG dengan jaringan pasar induk bisa menyajikan capcay segar dan semangka dalam satu waktu. Semua ini menunjukkan, dengan sedikit niat dan sistem, sayur dan buah bisa dijadikan menu wajib harian.

Dalam jangka panjang, ketercukupan asupan mikronutrien seperti vitamin A, C, dan serat akan menentukan bukan hanya daya tahan tubuh anak, tapi juga kemampuan belajarnya. Serat yang cukup membantu pencernaan lebih lancar, menjaga stabilitas gula darah, dan menurunkan risiko obesitas dini. Vitamin dari buah dan sayur membangun imunitas dan kesehatan mata. Artinya, kalau MBG ingin mencetak anak sehat dan pintar, maka nasi dan protein saja tidak cukup.

Sudah saatnya kita tidak memandang sayur dan buah sebagai pelengkap, atau sebagai bahan kosmetik agar piring tampak menarik saat difoto. Keduanya adalah kebutuhan nyata yang tak bisa terus berada di pinggir piring. Mereka adalah isi utama dari masa depan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *