Zoreen Muhammad
Per 18 Mei 2025, cadangan beras pemerintah atau CBP telah mencapai 3,8 juta ton. Ini merupakan capaian tertinggi dalam sejarah Bulog dan mendekati ambang strategis 4 juta ton yang selama ini menjadi target nasional. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut capaian ini sebagai hasil nyata dari sinergi antara pemerintah, Bulog, dan para petani. Ia optimistis bahwa dengan kolaborasi kuat tersebut, Indonesia semakin dekat dengan kemandirian pangan yang selama ini diimpikan.
Stok tersebut tercapai antara lain berkat keberhasilan pemerintah dalam menyerap gabah petani selama masa panen utama. Hingga pertengahan Mei, Bulog telah menyerap sekitar 2,1 juta ton gabah dari petani lokal. Ini memberikan kepastian pasar bagi petani serta mendorong stabilitas harga di lapangan. Selain itu, penyaluran CBP ke daerah-daerah juga dilakukan secara merata sehingga menjaga ketersediaan beras di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2024, Indonesia memproduksi sekitar 53 juta ton gabah kering giling atau setara dengan lebih dari 30 juta ton beras. Meski angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya karena dampak El NiƱo, pemerintah berhasil menjaga kelangsungan produksi melalui perbaikan irigasi, distribusi pupuk yang lebih tepat sasaran, serta penggunaan varietas unggul. Untuk tahun 2025, produksi diperkirakan meningkat menjadi 32,8 juta ton beras, seiring dengan pulihnya musim tanam dan makin meluasnya penerapan teknologi pertanian modern.
Namun, impor masih dibutuhkan sebagai penyangga untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan di saat produksi belum merata. Sepanjang 2024, Indonesia mengimpor lebih dari 4,5 juta ton beras dari beberapa negara utama seperti Thailand, Vietnam, dan Pakistan. Untuk tahun ini, pemerintah berencana menambah stok melalui impor satu juta ton dari India. Langkah ini dipandang sebagai strategi jangka pendek untuk menjaga keseimbangan antara produksi lokal dan kebutuhan nasional.
Di tengah dinamika produksi dan stok ini, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi game changer baru dalam ekosistem pangan Indonesia. Diluncurkan sejak Januari 2025, MBG tidak hanya bertujuan memberikan makanan bergizi bagi siswa sekolah dasar, tetapi juga menjadi solusi strategis dalam menyerap hasil panen petani. Program ini menargetkan penggunaan 4 juta ton beras lokal per tahun, menjadikannya offtaker terbesar dalam negeri.
Menteri Pertanian menyatakan bahwa MBG mampu menjadi penopang utama ketahanan pangan. Dengan adanya pembelian langsung dari petani untuk kebutuhan program MBG, maka rantai distribusi dipangkas dan petani mendapatkan harga yang lebih layak. Pemerintah menargetkan, melalui MBG, serapan beras lokal akan meningkat signifikan dan cadangan beras nasional akan semakin kokoh.
Ketua Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menekankan pentingnya dukungan anggaran agar MBG dapat berjalan secara optimal. Ia menyampaikan bahwa lembaganya membutuhkan tambahan dana sebesar Rp 50 triliun untuk merealisasikan target serapan 4 juta ton beras. Anggaran tersebut diperlukan tidak hanya untuk belanja bahan pangan, tetapi juga untuk menjamin distribusi yang merata, kualitas gizi yang sesuai, dan keberlanjutan program hingga akhir tahun.
Dampak dari kehadiran MBG sudah mulai terasa. Petani kini tidak lagi bingung mencari pembeli atau takut harga jatuh saat panen raya. Dengan MBG sebagai pembeli utama, harga gabah petani di beberapa daerah tercatat stabil, bahkan naik tipis dibanding tahun lalu. Selain itu, kemitraan antara petani dan Bulog juga semakin erat, dengan pendekatan jemput bola dalam penyerapan hasil panen.
Tak hanya petani yang diuntungkan. Program MBG juga membuka peluang usaha baru di sektor pengolahan makanan, logistik, hingga UMKM penyedia bahan baku lokal. Banyak ibu rumah tangga dan pelaku usaha mikro kini terlibat dalam pengadaan makanan MBG di sekolah-sekolah, terutama di wilayah pedesaan. Ini menjadi contoh bagaimana kebijakan pangan bisa sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Kombinasi antara stok nasional yang aman, meningkatnya produksi, dan hadirnya MBG sebagai penopang distribusi pangan membuat pemerintah semakin optimis menghadapi tahun-tahun mendatang. Tantangan seperti fluktuasi iklim, keterbatasan anggaran, atau distribusi logistik tetap ada, namun dengan kolaborasi semua pihak, hambatan itu bisa diatasi bersama.
MBG telah membuktikan bahwa program sosial bisa dirancang dengan visi ekonomi yang kuat. Ketika siswa mendapat makanan bergizi, petani mendapatkan pembeli pasti, dan ekonomi lokal bergerak, maka yang tercipta bukan hanya ketahanan pangan, tapi juga ketahanan sosial. Petani tersenyum, anak-anak tumbuh sehat, dan Indonesia melangkah lebih percaya diri menuju kedaulatan pangan yang sebenarnya.
Dengan capaian 3,8 juta ton stok beras nasional saat ini dan program MBG yang semakin matang, target 4 juta ton cadangan nasional bukan lagi impian. Ini adalah bukti bahwa dengan kebijakan yang tepat, keberpihakan kepada petani, serta sinergi lintas sektor, Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri dalam urusan pangan.